Salah Makan Agama

Spread the love

“Mengapa ada sebagian orang yang beragama bisa menjadi pemarah, beringas dan bahkan menjadi penyebar angkara murka. Namun sebagian orang lagi, karena agama yang sama, dia bisa welas asih, penyayang, ramah dan rahmat bagi orang lain dan lingkungannya?” Tanya seorang santri kepada ustadznya.

Si Ustadz tidak langsung menjawab. Dia berfikir bagaimana memberikan jawaban sesederhana mungkin, sehingga mudah dipahami oleh santrinya.

Tiba-tiba seorang santri lain terbatuk-batuk karena tersedak nasi goreng yang sedang dimakannya.

“Hayo kalau makan jangan terburu-buru. Santai, dikunyah yang baik dan dinikmati. Jangan asal telan dan masuk saja,” kata Si Ustadz sambil menyodorkan botol air miliknya.

“Terimakasih Tadz.. Huk… Huk….” jawab Si Santri sambil masih sedikit terbatuk-batuk…

Tiba-tiba Si Ustadz menemukan ide untuk menjawab pertanyaan tadi.

“Makanan itu baik apa tidak? InsyaAllah semua makanan halal itu baik dan membuat badan menjadi sehat. Namun makanan halal dan sehat itu bisa juga membuat orang yang memakannya menjadi sakit karena cara makannya yang salah, tidak dikunyah dengan baik dan terburu-buru saat makan.”

Para santri yang sedang santai makan bersama saling berpandangan. Mereka belum paham arah pembicaraan ustadznya.

“Bingung toh.. Sama halnya dengan agama. Agama itu pasti baik, karena Allah menurunkannya pasti untuk kebaikan hidup manusia. Namun seseorang bisa baik, ramah, santun dan menjadi rahmat bagi sekelilingnya seperti Rasulullah, apabila dia mencerna dengan baik ajaran agama yang diterimanya. Namun mereka yang salah mencerna dan memahami ajaran agamanya, bisa-bisa tersedak dan menjadi sakit alias suka marah-marah, kasar, arogan, merasa benar sendiri dan menjadi musuh kemanusiaan. Jadi kalau ada orang beragama dan perilakunya merusak, bukan agamanya yang disalahkan, tetapi orangnya.”

“Lalu apa yang harus kami lakukan Tadz?”

“Hati-hati belajar dan memahami agama. Jangan sampai salah makan agama. Belajar pada orang yang benar. Benar ilmunya dan benar perilakunya, sesuai dengan Rasulullah dan para sahabat. Belajar agama dengan cara yang benar, sabar dan semua diniatkan untuk kemuliaan hidup dan mencari keridhoan Allah. Semoga kita menjadi orang yang lurus dalam berilmu dan beramal.”

“Aamiin,” jawab Para santri mengangguk-angguk tanda setuju.

5 thoughts on “Salah Makan Agama

  1. redi panuju Reply

    Aamiin deh…mungkin beras makin mahal, biaya hidup makin gilal, tak ada tersisa untuk di makan, maka agama pun bolehlah dimakan…..tabik mr Choiron..makin mengalihir seperti ombak lain berdesir ke tepian..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *