Balada Padepokan Surobejo

Spread the love

Alkisah di tengah hutan belantara Surabejo, berdirilah sebuah padepokan silat bernama Jempol Sakti. Padepokan ini mengajarkan bagaimana menggunakan jurus-jurus andalan untuk memecahkan masalah di masyarakat. Diharapkan setelah lulus, alumninya bisa menebar manfaat sesuai ilmu yang didapat.

Namun suatu hari ketua padepokan marah besar. Hampir setengah dari murid-murid padepokan meninggalkan padepokan tanpa pamit.

“Hai Ki Among Jagad, mengapa murid-murid kita pada turun gunung dan belum kembali selama 2 semester?” Tanya Ki Joko Wolosoro kepada Ki Among Jagad dengan nada tinggi.

“Ampun Ketua. Menurut hasil analis dewan guru, para murid turun gunung karena mereka tidak sabar ingin segera mengamalkan ilmu,” jawab Ki Among Jagad sambil menyerahkan kitab laporan.

“Itu berarti mereka bekerja walau mereka belum lulus semua pelajaran. Kerja apa mereka? Bukankah tugas mereka itu belajar sampai lulus baru bekerja?” Nada suara Ki Joko Wolosoro tampak gusar.

“Bukan kah berarti padepokan telah sukses membuat murid-murid bekerja dan bermanfaat, Ketua?”

“Welladalah. Tujuan pendidikan di padepokan ini bukan hanya bekerja, tetapi juga membentuk pola pikir murid-murid agar benar-benar menjadi sejatinya pendekar. Bekerja atau membuka usaha itu cuman salah satu tujuan saja. Kemampuan sabar dan bertanggung jawab dengan misi untuk lulus jadi pendekar juga wajib harus dicapai.” Ki Joko Wolosoro kemudian duduk di tikar sambil membolak balik kitab laporan murid. Sementara Ki Among Jagad hanya duduk memperhatikan saja.

“Memang apa pekerjaan murid-murid yang belum lulus itu di luar?” tanya Ki Joko Wolosoro sambil mengelus-elus jenggotnya yang tidak seberapa.

“Menurut pantaun dewan guru, para murid tersebut kecanduan mengamalkan jurus baru, Ketua. Mereka mengamalkan Ajian Adsense yang membuat uang bisa datang sendiri.”

“Apa itu semacam ilmu pesugihan?” Tanya Ki Joko Wolosoro dengan wajah penasaran

“Sejenis ilmu pesugihan tapi ini sumbernya dari Ki Ageng Google atau yang dikenal dengan Mbah Google. Mereka yang mengamalkan ilmu ini harus bikin perangkan Adsense. Bikin blog atau website atau akun Youtube. Semakin banyak orang yang berkunjung ke blog atau website mereka, peringkat kunjungannya semakin tinggi. Semakin banyak yang buka iklan atau kiriman videonya di youtube, uangnya semakin banyak dari Mbah Google. Ada juga yang memelihara blog sampai peringkatnya bagus, terus dijual. Sebagian lagi ada yang bekerja sebagai Content Writer. Bikin tulisan bermanfaat bahkan bombastis hingga hoax dan kontroversi, agar pengunjungnya banyak.”

“Cukup… Cukup… Aku ora mudheng dengan cerita ilmu sesatnya Ki Ageng Google yang telah menyesatkan murid-murid kita.” Wajah Ki Joko Wolosoro tampak geram. Dia memikirkan nasib akreditasi padepokannya apabila murid-muridnya mrotoli dan lebih memilih bekerja namun tidak sesegera mungkin untuk lulus dan diwisuda di Air Terjun Darmo Tirto. Reputasi padepokannya bisa hancur karena dianggap gagal oleh Dewan Pendidikan Kerajaan, untuk menjadi tempat penggemblengan olah pikir dan ilmu kanuragan bidang ilmu jari sakti.

“Bukan kah kita tidak pernah mengajarkan jurus-jurus pesugihan begitu?” Tanya Ki Joko Wolosoro.

“Ada Ketua. Dalam kurikulum padepokan, kita ada pelajaran jurus kewirausahaan yang tujuannya memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada murid-murid untuk membuka usaha secara mandiri, agar mereka tidak hanya berfikir menjadi pamong praja. Tapi itu pun lebih pada konsep saja.”

“Tapi kalau melihat angkatan, sepertinya murid-murid yang turun gunung ini berada dalam satu angkatan yang sama.” Ki Joko Wolosoro berdiri dan menatap ke luar jendela padepokannya.

“Hasil investigasi dewan guru, dulu padepokan pernah kedatangan seorang pendekar dari padepokan lain, untuk memberikan pelajaran jurus kewirausahaan. Sejak itu sebagian murid-murid menekuni jurus Adsense dan kemudian turun gunung satu per satu.”

“Kalau begitu, himbau murid-murid yang sedang mabuk jurus Adsense untuk segera lulus.”

“Baik Ketua. Nanti akan kami umumkan supaya mereka tidak terlalu asyik mempraktekan ilmu pesugihan Adsense dan kembali untuk menyelesaikan tanggungjawab lulus dari padepokan.”

Sore itu suasana padepokan tampak murung. Berharap menunggu murid-murid yang turun gunung untuk kembali.

#FiksiKampus #Cersil

3 thoughts on “Balada Padepokan Surobejo

  1. redi panuju Reply

    Ha ha ha..kalau gak pantas lulus ya gak boleh lulus, nanti namanya lulus lusan. Kalau memang tak bisa berwirausaha ya jangan dipaksa berdagang nanti jadi jual diri. Nanti lama lama lebih senang ngingu pesugihan, ayam ayam hitam. Petaninya siapa ya????

    • choiron Post authorReply

      Iya sih.. memang pasti ada seleksi alam. Yang bertahan adalah yg terbaik, namun harapan sebagai orang tua tetap ada untuk bisa membuat mereka lulus semua. 😀
      Nah Pak Tani ini yg harus paham supaya bisa lebih baik. 😀

    • choiron Post authorReply

      iya memang gak boleh dipaksakan ya Pak… 😀 Hasil hrs sesuai dg prosesnya. walau berharap semuanya bisa lulus dg proses yg berbeda-beda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *