Perjalanan Kunjungan ke 4 Kampus di Philippine (Bagian-1)

Spread the love

Minggu lalu 7-10 Agustus 2018, saya berkesempatan berkunjung ke 4 kampus di Philippine dalam rangka membangun kerjasama. Kami berangkat dengan rombongan besar terdiri dari rektor, yayasan, dekan dan beberapa ketua lembaga. Selain itu, turut serta juga beberapa dosen dan seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi. Ada banyak hal yang menarik yang nanti akan saya tuliskan dalam beberapa cerita.

Mengapa Philippine yang dipilih? Kebetulan ada seorang dosen Pak Daniel Susilo yang sedang menempuh studi lanjut Ph.D di sebuah kampus di sana. Pak Daniel sebenarnya mahasiswa doktoral di Universitas Airlangga yang mengikuti program sandwich dengan kampus di Philippine, dengan dana LPDP dari Kementerian Keuangan. Jadi lah Pak Daniel sebagai perintis untuk menjajagi kerjasama (MoU dan MoA) antara Unitomo dengan 4 kampus, yaitu: De La Salle Araneta University, Philippine Women’s University, José Rizal University dan University of the East Caloocan, yang tersebar di sekitar Manila.

Hari Pertama

Dengan Pak Setyokardi

Sesuai instruksi, jam 05.30 saya sudah harus berada di Terminal 2 Bandara Juanda, karena waktu boarding jam 07.00. Pukul 05.00, saya berangkat dari rumah dengan diantar putra saya, Audi yang melaju santai saja. Alhamdulillah, rumah memang termasuk dekat dari bandara dan itu artinya dekat juga dengan kota-kota lain di Indonesia dan kota negara lain. Sesampai di Bandara Juanda, saya bertemu dengan Pak Setyokardi dan Bu Setyo yang telah hadir datang lebih awal. Pak Setyokardi merupakan salahsatu pendiri Unitomo yang masih dikarunia usia dan kesehatan yang baik.

Pukul 06.00 setelah anggota rombongan berkumpul, kami masuk untuk melakukan check-in di loket Air Asia dan proses bagasi. Saya sendiri tidak mau repot dengan barang bawaan, sehingga hanya membawa tas ransel dan tas jinjing berisi souvenir yang akan dijadikan cinderamata.

Penerbangan domestik dengan menggunakan Air Asia transit di CKG Jakarta terlebih dahulu, karena penerbangan langsung ke Philippine belum ada dari SUB Surabaya. Hampir semua penerbangan transit di Jakarta, Malaysia atau Singapura. Mungkin jumlah kunjungan dari dan ke Philippine-Surabaya tidak begitu banyak sehingga belum ada trayek khusus.

Pukul 07.30, kami sudah di atas pesawat dan bersiap-siap untuk take off. Penerbangan Surabaya-Jakarta hanya sekitar 1.5 jam saja. Pukul 09.00 kami sudah di Bandara Soeta. Sepanjang penerbangan, saya sempatkan tidur untuk menghemat energi supaya tidak lowbatt, karena perjalanan masih panjang.

Sesuai rencana, penerbangan berikutnya pukul 13.00 dan akan tiba di Phillipine sekitar 18.30 waktu Philippine yang 1 jam lebih maju dari waktu Jakarta. Namun setelah turun dari pesawat dan mengambil bagasi, kami langsung menuju ke loket Philippine Airlines untuk check-in. Ada yang mendebarkan saat kami ber-26 orang ini sedang check-in. Ternyata penerbangan ke Philipine mengalami overbooked flight sebanyak 5 penumpang. Artinya antara jumlah yang booking lebih besar daripada kapasitas pesawat dan 5 penumpang tersebut tidak dapat kursi alias tidak dapat terbang. Berbeda dengan angkot yang masih bisa didesel-deselkan atau dipangku untuk tetap dapat berangkat. Di pesawat, Anda tidak boleh bawa kursi sendiri, apalagi sampai mau lesehan di bawah seperti naik kereta kelas ekonomi jaman dahulu. Alhamdulilah semua rombongan berhasil check-in. Ini jadi pengalaman untuk menyegerakan check-in untuk penerbangan murah dan sulit.

Pukul 13.30, kami sudah di meluncur menuju Bandara Ninoy Aquino atau NAIA. Selama perjalanan, kami dapat makan sekali sesuai pesanan, namun untuk minuman berupa softdrink, wine, juice, dan air mineral, bisa nambah berkali-kali. Penerbangan 3.5 jam jadi tidak begitu terasa karena bisa tidur lelap setelah makan siang.

Sesampai di Bandara NAIA, kami melewati imigrasi dengan mudah berikutnya masuk ke bus penjemput yang telah disewa untuk 4 hari selama  berada di Philippine. Bus langsung menuju Distrik Makati tempat kami menginap di Apartemen Swissbel.

Kehebohan justru dimulai saat sampai di penginapan. Kami semua kelaparan dan tidak tahu harus makan di mana yang halal dan tidak mengandung B21 alias babi. Belum lagi uang yang kami miliki dalam bentuk US dolar dan belum sempat ditukarkan dengan Peso Philippine. Beruntung Pak Rektor langsung mengambil inisiatif agar anggota rombongan masuk kamar saja karena makanan akan dibelikan di dekat penginapan berupa ayam dan nasi. Untuk masalah makanan, area wisata dan serba-serbi Philippine akan saya tuliskan terpisah.

Fastfood Bugong menunya jadi harapan makan malam pertama

 

 

Rombongan Komplet

Hari Kedua

Pukul 07.30 kami sudah harus berkumpul di lobby karena hari itu akan mengunjungi 2 kampus yang letaknya di luar wilayah Makati. Makati sendiri merupakan perkantoran dan wilayah elit tempat banyak gedung-gedung tinggi sebagai pusat bisnis. Namun sampai pukul 08.00, bekum juga berangkat karena ada beberapa anggota rombongan yang masih sarapan dan masih belum naik ke bus. Padahal pukul 10.00 kita harus sudah sampai di De La Salle Araneta University. Masalahnya, lalu lintas di Philippine terkenal dengan kemacetannya seperti di Jakarta, sehingga harus berangkat lebih pagi.

Sepanjang perjalanan ke De La Salle Araneta University, saya menikmati berbagai pemandangan kota Makati dan Manila. Hal yang mencolok mata adalah adanya angkutan umum yang bernama Jeepney. bentuknya seperti mobil Jeep, namun lebih panjang seperti bus. Sepertinya ini mobil evoluasi dari jaman perang dan akhirnya menjadi angkutan tradisionil dan icon Philippine.

Jeepney, mobil angkutan umum tradisional Philippine

Pukul 10.00 kurang, kami sudah sampai di kampus De La Salle Araneta University. Letaknya di sebuah perumahan padat penduduk yang dijaga cukup ketak di sepanjang jalan masuk kampus. Seperti biasa, berfoto adalah kegiatan pertama yang wajib dilakukan setelah kami disambut oleh officer De La Salle Araneta University.

Penyambutan oleh De La Salle Araneta University

 

Perpustakaan

Pakde Khusayri antusias oi…

De La Salle Araneta University sebenarnya terkenal sebagai kampus yang maju dalam bidang pertanian. Itu mengapa kesempatan pertama, kami dibawa berkeliling seputar kampus, mulai dari perpustakaannya yang menempati gedung kuno, hingga lahan pertanian hidroponik yang berada di atas atap gedung. Anggota rombongan terutama Dekan FP antusias berdialog dengan pengurus perkebunan hidroponik yang ternyata mahasiswi yang bekerja di perkebunan tersebut.

Berikutnya kami dibawa ke sebuah  ruang pertemuan untuk melaksanakan seremonial berupa pidato penyambutan, pemutaran video prodil masing-masing kampus, dialog antar dekan, hingga penandatanganan MoU dan MoA oleh rektor dan dekan. Terakhir, kami  dijamu dengan masakan khas Philippine berupa ikan besar dan gule kacang ijo yang semuanya lebih ke rasa asin. Tidak ada menu pedas di Philippine. Itu mengapa kami tidak menemukan sambal, baik di jamuan maupun di fastfood seperti di KFC maupun Jollibee.

Pidato sambutan dan MoU

 

 

 

Pesan di gerbang kampus

Banyak hal yang saya pelajari dari kampus yang didirikan pada tahun 1946 ini. Walau menempati gedung yangcukup kuno, namun mereka bisa menantanya dengan baik sehingga terkesan bersih dan nyaman. Selain itu, ada banyak pesan penyemangat di beberapa sudut kampus yang bisa menginispirasi dan memotivasi setiap orang yang berkunjung. Salahsatunya adalah, “The most respectful people pass through this gate”. Sebuah kalimat sederhana, namun sarat makna bagi Anda dan saya yang benar-benar melewatinya.

Bersambung….

1 thought on “Perjalanan Kunjungan ke 4 Kampus di Philippine (Bagian-1)

  1. Pingback: Perjalanan Kunjungan ke 4 Kampus di Philippine (Bagian-2) - ACHMAD CHOIRON

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *